Masyarakat yang kuat untuk masa depan yang berkelanjutan

Harvesting coconuts, Manokwari. (Photo: Adriana Sri Adhiati)

DTE 89-90, November 2011, Special Papua Edition

Insiden yang baru-baru ini terjadi di Papua  –  kekerasan di tambang Freeport-Rio Tinto, penyerangan brutal terhadap kebebasan berpendapat di Abepura – memperlihatkan bahwa orang Papua masih terus menghadapi eksploitasi dan pelanggaran HAM yang ekstrim. Sementara itu proyek investasi besar-besaran terus berjalan dan meminggirkan serta memiskinkan rakyat Papua, dari kampung ke kampung. Para pejabat dan pebisnis jauh lebih menghargai emas, tembaga, sawit dan kayu daripada orang kampung yang hidupnya bergantung pada kekayaan alam Papua. Namun demikian orang Papua terus menuntut hak mereka untuk menentukan masa depan dan hak untuk memiliki, mengelola dan memanfaatkan tanah dan sumber daya alam mereka. Masyarakat dan gerakan masyarakat sipil yang mendukung mereka bersama-sama menuntut adanya upaya dan sumber daya yang lebih besar untuk memperkuat posisi mereka. Pada gilirannya, kampung demi kampung akan dapat mempertahankan diri lebih baik dari sisi buruk ‘pembangunan’ yang dipaksakan oleh pihak luar.

Buletin DTE edisi khusus ini berfokus pada sejumlah kampanye dan debat di masa lalu dan saat ini seputar pembangunan yang bersifat dari atas ke bawah dan dampaknya terhadap masyarakat. Beberapa artikel adalah sumbangan dari penulis tamu dari Papua, Indonesia dan Inggris. Semuanya memaparkan mengenai kebutuhan yang mendesak untuk memikirkan ulang cara pengelolaan Papua dan sumber daya alamnya sehingga suara masyarakat di kampung-kampung – tidak hanya para pebisnis dan politikus – menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan akan masa depan yang berkelanjutan.