Related categories
Related Stories
Down to Earth Newsletter
Subscribe to DTE's quarterly newsletter
Apa arti peningkatan harga pangan bagi REDD?
Terjemahan dari situs web redd-monitor.org
Tulisan asli dalam Bahasa Inggris di situs web redd-monitor.org
Oleh Chris Lang, 4 Februari 2011
Teori di balik REDD kelihatannya sangat sederhana. Pokoknya kita harus membuat hutan lebih berharga jika tetap berdiri tegak daripada ditebang. Gagasan besar REDD adalah meningkatkan nilai hutan dengan memberi harga pada karbon yang tersimpan di sana. Meningkatnya harga pangan baru-baru ini menguak beberapa masalah yang mengintai di balik gagasan yang tampak sederhana ini.
Harga pangan global meningkat terus sejak Juni 2010 dan pada bulan Desember 2010 Indeks Harga Pangan FAO melebihi nilai bulanan tertinggi sejak Indeks itu mulai dibuat tahun 1990. Nilai tertinggi sebelumnya tercatat pada bulan Juni 2008.
Salah satu faktor yang memicu kenaikan harga pangan ini adalah serangkaian peristiwa cuaca ekstrim, yang (mungkin) disebabkan oleh iklim planet bumi yang berubah. Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), 2010 merupakan tahun paling panas dan paling basah di sepanjang sejarah. Kebakaran di Rusia, banjir di Australia dan kekeringan di Argentina, semua turut meningkatkan harga berbagai komoditas pangan. Sementara itu harga minyak sawit meningkat antara lain karena hujan lebat di Asia Tenggara,
Tetapi cuaca ekstrim bukan satu-satunya faktor yang mendorong peningkatan harga pangan tahun lalu. Faktor utama lainnya adalah spekulasi atas harga pangan. Jurnalis IPS Stephen Leahy mengatakan bahwa “Hanya spekulasi pangan yang dapat menjelaskan mengapa harga gandum melonjak 70 persen dari Juni hingga Desember tahun lalu sementara stok gandum global stabil.”
Pada bulan July 2010, Harper’s Magazine menerbitkan artikel yang ditulis oleh Frederick Kaufman berjudul “The Food Bubble: How Wall Street starved millions and got away with it” (Gelembung Pangan: Bagaimana Wall Street membuat jutaan orang kelaparan dan tidak dipermasalahkan). Artikel itu dengan rinci menjelaskan bagaimana Goldman Sachs mulai menanam modal pada komoditas pangan (atau, yang lebih akurat adalah, mulai bertaruh atas harga pangan di masa mendatang) pada tahun 1991. Terdapat kontradiksi yang jelas di sini: kalau harga pangan naik, itu merupakan hal yang baik bagi Goldman Sachs dan para investor, tetapi buruk bagi kita semua karena harga pangan menjadi lebih mahal.
Berikut adalah wawancara dengan penulis, Frederick Kaufman, di Democracy Now! (transkrip tersedia di sini):
Terdapat dua masalah besar di sini yang dihadapi REDD.
Pertama, harga pangan memengaruhi biaya pelaksanaan REDD. Agar hutan lebih berharga kalau tetap tegak daripada diubah menjadi perkebunan tanaman pangan industri seperti kelapa sawit, gula atau kedelai, maka karbon yang tersimpan dalam hutan harus lebih berharga daripada harga hasil panen tanaman yang dapat menggantikan hutan tersebut.
Minggu ini, Jakarta Globe melaporkan bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia
mendorong 14 perkebunan milik negara untuk mempercepat rencana ekspansi mereka untuk memanfaatkan kenaikan harga dan meningkatnya permintaan atas komoditas pertanian di pasar internasional.
Perluasan area perkebunan mengancam jutaan hektare hutan di Indonesia. Siaran Pers dari Greenomics Indonesia baru-baru ini menyatakan bahwa “3 juta hektare hutan alam di Papua akan dibuka untuk pengembangan hutan tanaman industri (HTI) oleh 17 perusahaan”. Kenaikan harga komoditas pangan seperti kelapa sawit berarti tekanan yang lebih kuat untuk mengubah hutan menjadi perkebunan.
Masalah kedua berhubungan dengan perdagangan karbon sebagai jalan untuk mendanai REDD. Memperjualbelikan karbon sebagai komoditas sama bermasalahnya dengan memperjualbelikan pangan sebagai komoditas. Sebagian besar perdagangan karbon dalam Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa adalah dalam perdagangan berjangka (futures), bukan perdagangan spot kredit karbon. Dalam perdagangan itu, dengan kata lain, para bankir mempertaruhkan uang orang lain atas harga karbon pada suatu waktu di masa yang akan datang. Derivatif dimungkinkan sedemikian rumitnya dan tidak terjangkau peraturan.
Jika pasar karbon berjalan, tampaknya bakal menjadi persis seperti pasar gelembung seperti halnya gelembung teknologi dot.com, gelembung pasar modal, gelembung hipotek sub-prime dan gelembung pangan. Gelembung artinya sesuatu yang rawan pecah (ed.)
Berikut adalah komentar Matt Taibbi dari majalah Rolling Stone mengenai Goldman Sachs dan perdagangan karbon dalam Democracy Now! (dia ada di acara yang sama dengan Frederick Kaufman):
Goldman Sachs banyak menanamkan modal dalam bisnis terkait dengan kredit karbon. Kredit karbon pada dasarnya adalah sekadar pajak atas polusi, tetapi alih-alih memperlakukannya sebagai pajak saja, mereka akan menciptakan pasar komoditas baru ini dan mereka tinggal menarik pajak melalui pasar komoditas yang sangat baru ini dan Goldman mungkin akan yang paling dahulu akan memperdagangkan kredit ini. Mereka akan mengeruk banyak sekali uang dengan diciptakannya pasar baru ini.
Tetapi mari kita kesampingkan problem perdagangan karbon ini sesaat saja, maka akan terlihat persoalan lain. Untuk mengatasi perubahan iklim, para pedagang pendukung karbon dan orang lain yang setuju pada solusi pasar mengatakan bahwa, kita perlu memberi harga pada karbon. Harganya harus cukup tinggi agar berarti untuk mengembangkan energi hijau yang merupakan energi alternatif ketimbang minyak. Tapi dengan meningkatnya harga karbon, harga minyak juga akan naik. Ketika harga minyak naik, perusahaan minyak memperoleh banyak keuntungan dan menanamkan lebih banyak uang untuk mencari sumber minyak baru dan mengeruknya.
Sementara itu, tingginya harga minyak berarti harga semua barang juga tinggi (paling tidak sampai terdapat perbaikan menyeluruh atas persediaan energi dunia) termasuk harga pangan. Menanam lebih banyak tanaman pangan tidak menurunkan harga pangan karena harga tak lagi ditentukan oleh persediaan dan permintaan, tetapi oleh spekulasi bernilai milyaran dollar. Biaya REDD pun naik. Dengan meningkatnya harga karbon dan komoditas lain, harga minyak terpacu untuk naik lebih tinggi dan mendorong gelembung karbon sedikit lebih dekat menuju ke titik ledak.
diterjemahkan oleh DTE