Switch to English |
Baru satu tahun yang lalu, analis keuangan memperhitungkan bahwa pada harga US$400 per ton (US$54 per barel), minyak sawit akan bersaing dengan minyak konvensional.2 Kenyataannya minyak sawit telah mengalahkan minyak (berbasis fosil) mentah. Sekarang, karena harga minyak meningkat lebih dari US$120 per barel, minyak sawit mentah telah mencapai US$1150 per ton (US$ 155 per barel) karena meningkat tajamnya permintaan terhadap agrofuel.3
Kepala pemerintahan negara-negara anggota Uni Eropa menyatakan setuju dengan paket kebijakan energi pada bulan Maret 2007. Rencana aksi energi Eropa mencakup komitmen untuk memasok 20% energi Eropa dari sumber yang terbarukan pada tahun 2020 (meliputi listrik, panas, dan kendaraan) dan pengurangan 20-30% emisi gas rumah kaca tergantung pada upaya-upaya internasional. Rencana aksi ini juga mewajibkan 10% target biofuel pada tahun 2020, mensyaratkan agrofuel dari 'sumber yang lestari' dan tersedianya biofuel generasi kedua. Biofuel Directive (peraturan mengenai biofuel) yang dikeluarkan pada tahun 2003 akan direvisi.
Pertaruhan politik atas isu ini tinggi tetapi perdebatannya tidak mudah untuk dimengerti publik. Paling tidak dua rancangan undang-undang tentang isu-isu yang terkait erat sedang dipromosikan oleh bagian-bagian yang berbeda dalam Komisi Eropa (sayap eksekutif Uni Eropa). Lebih jauh lagi, kebijakan-kebijakan itu tidak didasarkan pada bukti yang kuat.
Dalam perdebatan kebijakan ini, para pelaku kampanye di Eropa mendukung 'kelompok Selatan' yang peduli pada keamanan pangan, keanekaragaman hayati, tanah, air dan hak asasi manusia. Ini mencakup kepedulian tentang ekspansi minyak sawit dalam skala besar dan pertimbangan untuk menghidupkan lagi industri gula dan perluasan penanaman pohon jarak di Indonesia (lihat artikel tentang agrofuel di Indonesia). Mereka juga menekankan perlunya masyarakat Utara mengurangi konsumsi energi bukannya mengimpor agrofuel dari Selatan demi memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka yang boros energi.
Politik memecah-belahSelain itu, juga terdapat sebuah Kantor Proyek-proyek Perubahan Iklim, yang didanai bersama oleh BERR dan DEFRAguna membantu perusahaan-perusahaan Inggris memanfaatkan peluang-peluang yang muncul dari Protokol Kyoto.
|
Sejak 15 April tahun 2008, tak seorang pun pengendara mobil atau pengguna kendaraan umum di Inggris dapat menghindari agrofuel. Semua bahan bakar yang dipasok ke Inggris harus mengandung minimal 2,5% agrofuel - naik menjadi 5% pada tahun 2010. Kewajiban menggunakan Bahan Bakar Terbarukan untuk Transportasi atau Renewable Transport Fuel Obligation (RTFO) adalah cara pemerintah Inggris mengimplementasikan Peraturan Biofuel yang direvisi oleh Uni Eropa. Beberapa organisasi seperti Biofuelwatch dan Campaign Against Climate Change melakukan lobi selama berbulan-bulan untuk menentang target ini, tetapi pemerintah memaksakan munculnya kebijakan ini melalui parlemen.
RTFO ditujukan untuk membantu pemerintah Inggris memenuhi target di bawah perjanjian perubahan iklim dan juga mempromosikan 'keamanan energi' dengan mengganti sejumlah bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang terbarukan. Ini bukan tindakan untuk mengurangi keseluruhan konsumsi energi. Jadi agak mencemaskan bahwa Inggris melihat dirinya sendiri sebagai pemimpin internasional dalam pengembangan karbon dan pelaporan status agrofuel yang lestari sebagai bagian dari RTFO.5 Tidak ada standar keberlanjutan yang baru. Sebaliknya, para pemasok akan bergantung pada sejumlah prinsip dan skema sertifikasi yang ada, seperti RSPO, untuk menjamin terhindarinya dampak negatif (lihat kotak di bawah). Perlu juga dicatat bahwa hanya dua dari prinsip-prinsip RTFO ini yang menyikap isu sosial dan satu yang menyinggung soal hak atas tanah. Tidak ada agrofuel yang akan dilarang. Perusahaan-perusahaan hanya wajib melaporkan ke pemerintah mengenai status 'lestari' dari impor agrofuel mereka.
Inggris sekarang ini memproduksi sekitar 55.000 ton bioetanol per tahun (ditambahkan ke bensin), sebagian besar dari gula bit, dan 75.000 ton biodiesel (ditambahkan ke diesel) dari lemak binatang dan minyak rapeseed (Brassica napus), kedelai, dan minyak sawit. Jumlah ini jauh di bawah dua juta ton agrofuel setahun yang dibutuhkan untuk memenuhi target 5% RTFO.6 Komisi kecil untuk Audit Lingkungan memperingatkan parlemen Inggris bahwa menanam gandum dan gula bit di Inggris untuk membuat bahan bakar akan menyebabkan meningkatnya harga pangan dan membuat lebih sulit untuk mencapai target mengenai kualitas air dan melindungi margasatwa.7 Menghadapi biaya tinggi seperti itu, impor biofuel dari dunia Selatan - termasuk minyak sawit dari Indonesia - menjadi pilihan yang mudah.
Para aktivis lingkungan menantang pandangan ini. "Menangani emisi dari sektor kendaraan perlu dimulai dengan langkah-langkah efisiensi bahan bakar yang diwajibkan. Biofuel secara teoritis dapat memainkan peran kecil, jika (dan hanya jika) ada kriteria keberlanjutan yang ketat. Tetapi pengeringan, pembabatan dan pembakaran wilayah hutan hujan dan lahan gambut yang sangat luas untuk dijadikan lahan pemasok biofuel adalah sesuatu yang gila," Andy Tait dari Greenpeace UK mengatakan dalam suratnya kepada pers.8
1. Produksi biomassa tidak akan merusak atau menghancurkan cadangan karbon di atas dan di dalam tanah. 2. Produksi biomassa tidak akan memicu pada rusak atau hancurnya area keanekaragaman hayati. 3. Produksi biomassa tidak menyebabkan degradasi tanah. 4. Produksi biomassa tidak mengakibatkan kontaminasi atau penipisan sumber air. 5. Produksi biomassa tidak mengakibatkan polusi udara. 6. Produksi biomassa tidak merugikan hak-hak pekerja dan hubungan kerja. 7. Produksi biomassa tidak merugikan hak-hak atas tanah dan hubungan komunitas yang ada. Pemerintah Inggris memandang bahwa skema berikut ini sesuai dengan prinsip di atas: | ||
Standar | Apakah memenuhi Standar Lingkungan? | Apakah memenuhi Standar Sosial? |
Linking Environment and Farming Marque | Ya | Tidak |
Roundtable on Sustainable Palm Oil | Ya | Ya |
l Kriteria Basel | Ya | Ya |
Forest Stewardship Council | Ya | Tidak |
Social Accountability 8000 | Tidak | Ya |
Sumber: www.lowcvp.org.uk/assets/reports/Summary%20of%20RTFO%20C&S%20reporting%20requirements.pdf |
Target bahwa agrofuel harus memiliki 10% andil dalam pasar transportasi pada tahun 2020 secara prinsip disetujui oleh para pemimpin Uni Eropa lebih dari setahun yang lalu dan sudah dinyatakan dalam rancangan legislasi mengenai energi yang terbarukan yang diluncurkan oleh Komisi Eropa pada bulan Januari tahun ini.12 Target 10% itu kontroversial, mengingat target tahun 2005 pun tidak tercapai.
Untuk memenuhi target itu, industri biodiesel Uni Eropa mengatakan produksi perlu ditingkatkan 15% per tahun dan sebagian besar tergantung pada minyak rapeseed dan minyak bunga matahari yang ditanam di wilayah Uni Eropa. Hanya 20% bahan mentah akan diimpor. Komisioner Pertanian Uni Eropa, Mariann Fischer Boel, menyarankan pabrik makanan dapat memenuhi kebutuhan mereka akan minyak sayur dengan beralih dari minyak rapeseed ke kedelai atau bunga matahari.13
Komisioner Pembangunan Uni Eropa, Louis Michel, mengungkapkan keprihatinannya bahwa "penggunaan tanah pertanian subur untuk memasok bahan mentah untuk biofuel dapat mengganggu produksi pertanian".14 Dan KomisionerLingkungan Stavros Dimas mengakui lebih dulu bahwa dia telah sangat meremehkan potensi dampak lingkungan dan sosial yang merusak dari produksi agrofuel. Dimas mengatakan Uni Eropa akan memperkenalkan skema sertifikasi dan menjanjikan pelarangan biodiesel dari minyak sawit.15
Di sisi lain, Komisaris Energi, Andris Piebalgs, dengan kukuh mempertahankan kebijakan Uni Eropa dengan mengatakan bahwa "Kontribusi utama biofuel untuk keberlanjutan sektor transportasi seharusnya tidak membuat kita melupakan manfaat lain yang sama pentingnya dengan manfaat lingkungan, misalnya: mengurangi ketergantungan minyak impor; memberikan kesempatan pembangunan bagi negara-negara miskin dan membuka jalan bagi biofuel generasi kedua".16
Kebingungan ini muncul karena kenyataannya tidak hanya ada satu, tapi dua usulan yang diajukan. Paket Energi Terbarukan yang diluncurkan pada tanggal 23 Januari tahun ini berasal dari departemen energi Komisi Eropa dan akan ditangani oleh menteri-menteri energi di Parlemen Eropa. Ini mencakup revisi Peraturan Uni Eropa 2003/30/EC mengenai promosi penggunaan biofuel dan bahan bakar terbarukan lainnya untuk kendaraan, biasanya disebut 'Biofuels Directive' (Peraturan tentang Biofuel). Ada juga rancangan Fuel Quality Directive (Peraturan tentang Kualitas Bahan Bakar), yang diperkenalkan tahun lalu, untuk ditangani oleh menteri-menteri dan para ahli lingkungan. Rancangan tersebut menyebutkan pemasok bahan bakar sebaiknya mengurangi jejak karbon bahan bakar untuk kendaraan menjadi 10% pada 2020, tetapi ini tidak mempengaruhi penggunaan total bahan bakar.
Tanpa mekanisme pengaman yang tepat, agrofuel akan lebih banyak mendatangkan dampak buruk daripada dampak positif bagi manusia dan planet ini. Kriteria mengenai sistem keberlanjutan yang disepakati bersama dan dapat diandalkan itu penting, akan tetapi justru kriteria ini penuh dengan perdebatan. Secara umum tidak banyak yang dapat diharapkan dari kalangan industri. t Banyak pertanyaan sudah dilontarkan juga tentang apakah kriteria ini melanggar pedoman WTO. Komisi Eropa ingin kriteria ini menjadi bagian dari Biofuel Directive yang direvisi, tetapi para pejabat lingkungan tidak ingin pengambilan keputusandiserahkan sepenuhnya kepada pejabat bidang energi. Komprominya sekarang adalah bahwa kedua directive sebaiknya berisi kriteria keberlanjutan yang berbeda dengan inti yang sama. Apapun solusinya, penyusunan standar minimum keberlanjutan yang diwajibkan itu tidak mungkin diharapkan selesai sampai 2011. Hal ini membuat konsumen kesulitan memilih antara agrofuel yang 'baik' dan 'buruk'.
Lebih lanjut, baik RTFO Inggris maupun rancangan Biofuels Directive EU tidak memasukkan target penurunan emisi gas rumah kaca. Jadi kebijakan itu tidak mendorong penggunaan jenis-jenis agrofuel yang paling rendah emisi gas rumah kaca. Akibatnya, Biofuel Directive akan lebih bermanfaat demi kepentingan pembangunan ekonomi dan keamanan energi daripada memerangi perubahan iklim. Badan ilmu pengetahuan Inggris yang bergengsi, the Royal Society, telah memperingatkan bahwa - tanpa dukungan untuk penelitian dan pengembangan - ada risiko menjadi 'terjebak' untuk menggunakan agrofuel yang tidak efisien.17
Sebuah studi yang diprakarsai oleh pemerintah Swiss menyimpulkan bahwa agrofuel yang terbuat dari minyak sawit, jagung dan kedelai mungkin lebih merusak iklim daripada bahan bakar fosil. Laporan ini, yang dimuat dalam jurnal Science, menghitung manfaat relatif dari 26 jenis biofuel berdasarkan penurunan emisi gas rumah kaca, rusaknya kesehatan manusia dan ekosistem serta berkurangnya sumberdaya alam.19
Prof Robert Watson, Kepala Penasehat Sains untuk DEFRA, juga menyatakan bahwa kebijakan yang ada saat ini tentang penggunaan sumber pangan untuk energi adalah cacat. "Di banyak belahan dunia penurunan gas rumah kaca tidak sebesar yang di-klaim orang, dan terjadi...seringkali dibarengi hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah dan polusi air. Kita benar-benar perlu meyakinkan bahwa jika kita menggunakan biomassa untuk bahan bakar, itu harus berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan sosial," dia berpendapat dalam sebuah wawancara radio.20
Dr Hartmut Michel, pemenang Hadiah Nobel atas karyanya dalam proses kimia fotosintesis, menjelaskan "Ketika Anda menghitung seberapa besar energi matahari tersimpan dalam tumbuhan, itu dibawah satu persen...Ketika Anda konversikan ke biofuel, Anda menambahkan pupuk, dan kemudian memanen tumbuhan itu. Energi yang diperoleh dari biofuel tidak berarti," katanya di depan sebuah forum di Filipina.21
Kritik yang terakhir tentang target 10% itu datang dari European Environment Agency. Bulan lalu komite sains EEA meminta kuota 10% itu ditunda, dikatakannya itu peraturan itu merupakan "eksperimen yang terlalu ambisius dimana akibat yang tidak diharapkan sulit untuk diprediksi dan dikontrol".22
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong isu perubahan iklim menjadi agenda penting PBB. Badan-badan pangan PBB juga menghadapi krisis atas naiknya harga pangan (lihat artikel tentang kemiskinan dan beras). Ban mungkin akan mengulang permintaannya untuk mengkaji konversi penggunaan tanah oleh penghasil biofuel di Konferensi Tingkat Tinggi mengenai Keamanan Pangan Dunia: Tantangan Perubahan Iklim dan Bioenergi, untuk diselenggarakan di kantor pusat FAO di Roma, Italia pada bulan Juni.25 Dia juga menyatakan keprihatinannya bahwa hanya tinggal tujuh tahun tersisa untuk mencapai Millennium Development Goal yaitu mengurangi kelaparan global hingga 50% pada 2015.26
Organisasi masyarakat sipil dari seluruh dunia akan memanfaatkan Konferensi Negara-negara Pihak Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati (CBD) ke-9 yang diselenggarakan di Bonn pada bulan Mei untuk membicarakan isu agrofuel. "Subsidi dan pengembangan industri agrofuel yang tak terkendali akan memicu spekulasi pasar komoditi berjangka dan tanah , sehingga akan mendorong naiknya harga pangan, kelaparan dan rusaknya ekosistem dan komunitas. CBD harus bertindak untuk menghentikan kerusakan dan menyerukan pengendalian pasar dalam komoditi pertanian untuk makanan, pakan dan agrofuel," juru bicara untuk CBD Alliance menjelaskan.27
Meskipun terlambat, beberapa pejabat Uni Eropa mulai mempertanyakan apakah perkebunan monokultur minyak sawit dalam skala besar untuk memasok agrofuel untuk pembangkit tenaga listrik Eropa dan sektor transportasimemang merupakan jawaban untuk perubahan iklim. Sayangnya pemikiran mereka terlalu terlambat. Industri di Utara dan Selatan telah ikut masuk ke bidang agrofuel. Di Inggris, banyak pabrik biofuel telah diperkenalkan sejak lebih dari dua tahun yang lalu (lihat peta). Sekarang mereka bergulat untuk bisa bertahan terhadap impor dari Amerika yang disubsidi.28
Sementara itu penghasil minyak sawit Indonesia dan Malaysia khawatir bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Eropa untuk membatasi impor biodiesel akan merugikan investasi mereka (lihat artikel agrofuel Indonesia).
DTE bekerja sama dengan ornop-ornop lain di Inggris serta negara-negara Eropa lainnya menuntut agar target RTFO dibatalkan dan ekspansi, target dan impor agrofuel ditingkat Uni Eropa dihentikan.29 Kami mendukung deklarasi Sawitwatch bahwa minyak sawit untuk agrofuel meningkatkan konflik sosial dan mengganggu reformasi agraria di Indonesia. Kami juga mendukung tuntutannya untuk penurunan konsumsi di Eropa.30 Salinan surat DTE kepada MP dan MEP (para anggota parlemen Inggris dan Eropa) tersedia bila diminta.
*Catatan: Banyak pelaku kampanye menggunakan istilah 'agrofuel' untuk mengacu kepada penggunaan produk dari monokultur skala besar, misalnya biodiesel dari minyak sawit dan bioetanol dari gula. 'Agrofuel' dianggap sebagian bagian dari agribisnis, bukan proses alamiah. Komisi Eropa menggunakan istilah biofuel.
Catatan kaki:
1 Artikel ini disusun berdasarkan dokumen briefing yang tidak dipublikasikan yang diberikan oleh Helena Paul dari Exonexus. www.econexus.info/
2 news.mongabay.com/2007/0515-palm_oil.html
3 Jakarta Post 28/Apr/08
4 Hansard, 4/Dec/07 www.publications.parliament.uk/pa/cm200708/cmselect/cmenvaud/uc155-i/uc15502.htm
5 Siaran pers Royal Society, 14/Jan/08, royalsociety.org/displaypagedoc.asp?id=28632
6 Observer 20/Jan/08
7 Telegraph 20/Jan/08
8 commentisfree.guardian.co.uk/andy_tait/2008/01/palming_us_off.html
9 www.occ.gov.uk/
10 Kantor Perubahan Iklim, www.occ.gov.uk/about/index.htm
11 www.berr.gov.uk/energy/index.html
12 New Scientist 23/Jan/08
13 Reuters 7/Mei/07
14 Wawancara 11/Jan/08 www.ipsnews.net/news.asp?idnews=40762
15 Wawancara di BBC Radio 4 program Today, 14/Jan/08
16 www.euractiv.com/en/energy/commission-defends-biofuels-face-mounting-criticism/article-169728 21/Jan/08
17 Siaran pers Royal Society, 14/Jan/08, royalsociety.org/displaypagedoc.asp?id=28632
18 Siaran pers Friends of the Earth Europe, Birdlife International, 18/Jan/08
19 Scharlemann & Laurance, Science, 4/Jan/08
20 Wawancara BBC Radio 4 program Today, 14/Jan/08
21 Philippine Daily Inquirer 14/Jan/08
22 Situs European Environment Agency, 10/Mei/08, www.eea.europa.eu/highlights
23 European Federation of Transport & Environment 14/Mei/08 www.transportenvironment.org/News/2008/5/Barroso-orders-study-on-biofuelsfood-link/
24 www.transportenvironment.org/News/2008/4/Cracks-appearing-in-EUs-10-by-2020-target-for-biofuels/
25 www.fao.org/foodclimate/conference.html
26 Guardian 5/Apr/08
27 Pernyataan pers CBD Alliance 13/Mei/08, www.cbdalliance.org/
28 Guardian 1/Apr/08
29 Lihat misalnya, pernyataan pers Friends of the Earth Europe 14/Jan/08 www.foeeurope.org/agrofuels yang menyerukan adanya moratorium terhadap rencana Uni Eropa untuk memperluas penggunaan agrofuel
30 Lihat surat terbuka Sawitwatch kepada Parlemen Eropa, Komisi Eropa, pemerintah dan warga negara Uni Eropa, 29/Jan/07 di www.biofuelwatch.org.uk/declarations.php