Switch to English

Down to Earth No.85 - 86, Agustus 2010

Kaitan dengan India


Negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia ini, sampai belum lama ini, diyakini memiliki cadangan batubara keempat terbesar di dunia. Mayoritas tambang batubara dimiliki dan dikelola oleh satu perusahaan negara, Coal India Ltd (CIL), yang merupakan perusahaan batubara terbesar di dunia dilihat dari volumenya (PTI, 24/2/1010).

Tetapi, TERI (The Energy and Resources Institute, Delhi) memperkirakan bahwa di negara itu batubara domestik hanya dapat dieksploitasi lagi selama "45 tahun saja" -yang sangat berbeda dengan perkiraan semula selama 200 tahun (WC Asia Special 2010).

Tahun 2009, India mengimpor 45 mt batubara termal, dengan proporsi yang cukup signifikan dari Indonesia.

India menghasilkan 70% atau lebih dari listriknya dengan membakar batubara. (Tenaga yang berasal dari air dan energi "yang terbarukan" berjumlah hampir 24% dan tenaga nuklir 4% (WC Asia Special 2010, op cit). Tak ada keraguan bahwa lebih banyak lagi bahan baku (untuk pembangkit listrik) yang akan dibutuhkan dari luar negeri selama 2-3 tahun mendatang.

Tetapi, terdapat berbagai perkiraan mengenai permintaan akan batubara di masa mendatang. Kementerian Kelistrikan India memperkirakan akan adanya kekurangan 120 mtpa di akhir 2010 dan menyatakan bahwa impor harus ditingkatkan sebesar 50 mt mulai tahun depan (2011). Studi yang dilakukan Citigroup belum lama ini memberikan angka yang lebih tinggi dengan memperkirakan bahwa India harus membeli 140 mtpa batubara uap dan kokas dari pemasok asing pada 2014 – dan 50 mt perlu didatangkan sebelum tahun depan. Komisi Perencanaan India memberikan angka yang lebih rendah, tapi hebatnya tepat sekali, yaitu 81,03 mt yang dibutuhkan dari impor selama 2011.

Pada saat yang sama, CIL - mungkin dengan terlalu optimis - mengatakan bahwa India akan meningkatkan pasokan totalnya (baik batubara kokas maupun non-kokas) dari 689 juta ton pada tahun 2011/2012 menjadi hampir dua kali lipat (1.015 mtpa) pada 2016, guna memenuhi permintaan (WC Asia Special ibid).

Kementerian Batubara pada awal 2010 mengumumkan pihaknya "mendorong" CIL untuk mendapatkan atau mengembangkan kegiatan pertambangan batubara di Mozambik, Australia, Indonesia, Afrika Selatan dan AS (WC 2/2010).

Bagaikan seekor gurita, Tata Power (lihat juga bagian selanjutnya) telah melilitkan lengan-lengannya di Kalimantan Timur dan Mozambik.

Perusahaan besar India lain yang haus akan batubara Indonesia termasuk GMR, Lanco, NTPC, PTC, Reliance dan produsen semen Binani (lihat bagian berikutnya).

Produsen baja India juga secara aktif berusaha melakukan akuisisi dan kesempatan investasi dalam proyek batubara metalurgi di luar negeri "untuk memastikan keamanan pasokan dan juga mencegah volatilitas (naik-turun dengan cepatnya) harga" (WC sda), sementara Essar Steel telah mengoperasikan pabrik baja lembaran terbesar di Indonesia.

SAIL (The Steel Authority of India), produsen baja dan biji besi untuk penggunaan domestik yang terbesar di negara itu, hingga saat ini telah mengadakan pembicaraan dengan perusahaan-perusahaan di Australia, Aotearoa/Selandia Baru, Mozambik, dan Indonesia. (WC sda).


Referensi:
PTI: Press Trust of India
WC: majalah World Coal (bulanan)


Perusahaan asing yang mengeruk (atau mengincar) batubara Indonesia

Anglo Coal (anak perusahaan Anglo American plc yang terdaftar di bursa Inggris dan berbasis di Afrika Selatan), berusaha mendapatkan kesempatan untuk mengeksploitasi batubara termal di Indonesia (Reuters 12/4/2010).

Banpu Public Company Ltd (Thailand), memiliki 5 tambang, berisi cadangan sekitar 300 mt, di Kalimantan Selatan dan Timur - Jorong, Indominco Bontang, Kitadin-Emblamut dan Trubaindo (Coal Trans 7/5/2010).

BHP Billiton (Australia dan Inggris) merencanakan untuk maju terus dengan proyek batubara Maruwai di Kalimantan Tengah (tujuh konsesi seluas 350.000 hektare) bersama dengan PT Adaro Energy. Proyek ini ditargetkan untuk mulai berproduksi tahun 2014, dan meningkatkan produksi batubara termal dan kokas sebesar 5 mtpa selama lima tahun berikutnya (lihat artikel terpisah mengenai hubungan batubara Inggris-Indonesia).

Binani Cement mengumumkan tahun 2009 bahwa perusahaan ini akan "mempertimbangkan" soal pembelian blok-blok batubara di Indonesia guna memenuhi kebutuhan energi pabrik semennya. (Mergers and Acquisitions in India, 19/3/2009).

China Investment Corp (badan pemerintah Cina) telah mengalokasikan USD1,9 miliar untuk membeli tambang-tambang di Indonesia, dengan merangkul PT Bumi Resources sebagai mitra (WC Asia Special 2010).

Churchill Mining Plc (Inggris) menandatangani nota kesepahaman tahun ini dengan anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (WC Asia Special 2010) untuk memasok PLN-Batubara (anak perusahaan PLN yang bergerak di bidang batubara) dengan 4 mtpa batubara dari East Kutai Coal Project (EKCP), di samping 20 mtpa yang akan dikirim ke tempat lain. Churchill juga memiliki kemitraan dalam proyek-proyek percobaan gas metana batubara di Sendara, Kalimantan Timur, bersama dengan Ridlatama Group dari Indonesia, yang memiliki hampir 30 konsesi (KP) di blok Kutai Timur, Pasir dan Kutai Barat - semua di Kalimantan Timur (situs web Ridlatama, diakses 29/6/2010).

CIL (Coal India Ltd) (India) telah membuat daftar pendek berisi 24 perusahaan asing sebagai mitra potensial untuk memperoleh batubara dari luar negeri, termasuk Indonesia (WC 4/10).

Essar Steel (India, terdaftar di Inggris) memiliki pabrik yang memproduksi baja lembaran di West Hava dan menguasai 35% pangsa pasar domestik di Indonesia (situs web perusahaan Essar, 22/7/2010). Essar tahun ini mengumumkan bahwa perusahaan itu telah menyetujui pembelian tambang batubara Aries di Indonesia untuk mengamankan pembangkit tenaga listriknya (Business Standard 25/3/2010).

GMR Energy (bagian dari GMR Group India) pada tahun 2009 membeli 100% saham PT Barasentosa Lestari (PT BSL) dari Indonesia, yang memiliki dua blok batubara di Sumatra Selatan (Business Standard 26/2/2009; lihat juga situs web GMR). GMR memiliki 50% dari InterGen NV, produsen energi global, yang mengoperasikan 12 pembangkit listrik di Inggris, Belanda, Meksiko, Filipina dan Australia.

Kangaroo Resources (Australia) memiliki sejumlah "opsi batubara" di Kalimantan Timur (WC Asia Special 2010).

Lanco (India) baru-baru ini telah berusaha mendapatkan kesempatan untuk mengimpor batubara dari Indonesia dan tempat lain untuk proyek pembangkit listriknya di wilayah-wilayah pesisir.

Leighton Group (Australia) memiliki semua saham Thiess Indonesia, yang mengoperasikan tambang PT Arutmin di Kalimantan Selatan (lihat di bawah).

MEC (Uni Emirat Arab) mengumumkan rencana pada tahun 2009 untuk mulai mengoperasikan tambang batubara di Kalimantan Timur pada tahun 2010 (Reuters 8/12/200).

Noble Group - (Hong Kong), perusahaan perdagangan komoditas terbesar di Asia; memiliki PT Sangha Coal Indonesia (situs web Noble Group, diakses 29/7/1010). Tambang Morris2 milik Sangha di Kalimantan Timur mengekspor batubara ke Eropa Timur, Cina dan Jepang.

North American Coal Corporation (AS, anak perusahaan NACCO Industries) bermitra dengan Reliance Power (lihat bagian terkait) untuk menyediakan layanan teknis bagi "pembangunan" tambang Aries milik perusahaan India itu di Sumatra Selatan.

NTPC (India, perusahaan listrik negara) pada bulan Juli 2010, mengumumkan rencana untuk mengimpor 5-10 juta ton batubara dari Indonesia antara sekarang hingga 2017. (Energy Business News, 15 Juli 2010).

Peabody Energy (AS) membuka kantor di Jakarta pada tahun 2009, "untuk memperluas pengembangan usaha dan kesempatan untuk mendapatkan batubara guna melayani pasar Pasifik yang berkembang pesat" (CoalTrans 1/6/2010).

PTC India (India) telah mengidentifikasi sumber-sumber batubara di Indonesia dan Australia dalam daftar keinginan "tertinggi" mereka (WC 4/10).

RAK (Dubai) Pada bulan Februari 2008, Ras Al Khaimah Investment Authority dari pemerintah Dubai, bersama-sama dengan RAK Minerals and Metals Investments (RIMMI) menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah provinsi Sumatra Selatan yang "meliputi keseluruhan rantai industri batubara dari penambangan hingga ekspor". (Gulf News 19/2/2008).

Ramky Infrastructure Ltd (India) mengumumkan pada Januari 2010 bahwa perusahaan ini "melirik tambang batubara di Indonesia" - tanpa menyebutkan tambang mana (Business Standard, 1/1/2010).

Reliance Power pada bulan Juni 2010 menandatangani perjanjian dengan kelompok pertambangan dan industri dari Indonesia, Sugico Group, untuk mendapatkan tiga tambang batubara (Bloomberg 10/7/2020). Ketiga tambang itu terletak di Sumatra Selatan. Hasilnya akan diperuntukan bagi Krishnapatnam Power Project yang direncanakan oleh Reliance di Andhra Pradesh.

Rognar Holding B.V (Belanda), bersama dengan Sojitz Corp. dari Jepang (lihat bagian terkait) memiliki ekuitas di PT Berau Coal yang mengoperasikan tambang batubara Binunan Lati dan Sambarata di Kalimantan Timur. Dari sanalah Rognar mendapatkan baik batubara termal maupun batubara metalurgi dalam jumlah yang lebih sedikit (Situs web Rognar, 29/7/2010).

Sahin Jain (India) mengklaim sebagai mitra dari perusahaan Indonesia, PT Kaltim Prima, PT Adaro dan PT Bumi, dan juga Rio Tinto, Glencore, Noble Energy serta Austral Coal. Perusahaan ini memasok batubara termal ke Tata dan GMR; dan batubara metalurgi ke pabrik-pabrik baja.

Samtan Co (Korea Selatan), bagian dari konglomerat industri, Samchully, mengimpor batubara termal dari Indonesia plus batubara metalurgi bagi produksi bajanya. Bersama dengan Indika Energy yang berbasis di Jakarta, Samtan menguasai PT Kideco Jaya Agung. Sejauh ini, tahun ini, pekerja tambang Kideco sudah mengalami beberapa kecelakaan: dua di bulan Januari, dan dua lagi pada bulan Mei, dan satu di bulan Juni.

Shenhua Group (Cina) pada bulan Juli mengumumkan dimulainya konstruksi pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sebesar 300 MW di Sumatra Selatan, dengan dukungan tambang yang akan menghasilkan 1,5 mtepa batubara (Bloomberg 13/7/2010). Ini untuk pertama kalinya perusahaan Cina menanamkan modalnya secara langsung dalam produksi energi listrik milik Indonesia.

Sojitz Corp (Jepang) memiliki 10% saham PT Berau Coal (lihat juga Rognar Holding BV)

Straits Asia Resources (Singapura). Tambang Sebuku di Kalimantan Selatan dan tambang Jembayan di Kalimantan Timur dioperasikan oleh anak perusahaannya, PT Bahari Cakrawala Sebuku.

Tata(Tata Sons) (India). Pada bulan Maret 2007, Tata Power membuat perjanjian senilai USD1,1 miliar dengan PT Bumi Resources untuk mendapatkan 30% saham PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin dan perusahaan perdagangan batubara yang dimiliki oleh Bumi. Pada bulan Maret 2010, Tata mengumumkan peningkatan besar bagi kapasitas tambang batubaranya di Indonesia, dari 60 mtpa menjadi 75 mtpa hingga pertengahan tahun fiskal mendatang (WC 4/2010).

Thiess (Australia, seluruhnya dimiliki oleh Leighton Holdings), pada tahun 2000 menandatangani salah satu kontraknya yang terbesar, dengan PT Arutmin, untuk mengoperasikan tambang Senakin dan Satui di Kalimantan Selatan (www.leighton.com.au/about_us/projects/senakin_and_satui_coal_mines.html)

Vinacomin (Vietnam), pada tahun 2009 mengumumkan rencana untuk mulai mengimpor batubara dari Indonesia (The US Energy Information Administration's International Energy Outlook, 2009)

Laporan selengkapnya dapat dilihat di situs web Mines and Communities www.minesandcommunities.org/article.php?a=10299


Referensi:
WC: majalah World Coal (bulanan)



Daftar isi Buletin DTE     DTE Homepage     Advokasi     Link