Switch to English


Down to Earth No.76, May 2008

Tambang MSM: perlawanan masyarakat berlanjut ketika investor mundur

Archipelago Resources, sebuah perusahaan yang terdaftar di Australia dan Inggris, terus melanjutkan persiapan untuk menambang emas di Sulawesi Utara, meskipun mendapat tentangan kuat - baik dari masyarakat maupun Gubernur Sulawesi Utara. Dalam pada itu, para aktivis lingkungan menyambut baik keputusan bank Jerman, WestLB, untuk menarik diri dari proyek, dan mendesak investor lain untuk melakukan hal yang sama.


Archipelago Resources melanjutkan pembangunan tambang emas Toka Tindung di Sulawesi Utara meskipun tidak memiliki ijin pertambangan di sana. Penduduk setempat telah melaporkan adanya persoalan di sana. Pekerjaan yang dilakukan di tempat itu meliputi pembukaan hutan; pembangunan jalan, dermaga, kolam pengendapan dan bendungan; pembelokan sungai; serta pembangunan laboratorium, bengkel dan kantor.

Menurut organisasi masyarakat sipil lokal dan nasional yang peduli yaitu JATAM, ICEL, WALHI, YSN dan AMMALTA, pembukaan hutan diyakini menjadi salah satu penyebab terjadinya tanah longsor tahun lalu yang mengakibatkan enam warga desa meninggal dan membunuh ikan-ikan di delta sungai. Menurut Yayasan Suara Nurani (YSN), pendapatan para nelayan lokal menurun dengan drastis sejak pembangunan di tempat pertambangan dimulai.

Siaran pers bersama dari organisasi-organisasi tersebut menyatakan bahwa Archipelago Resources - perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham Australia dan Pasar Investasi Alternatif (AIM) di London - mengabaikan protes masyarakat, serta gagal memenuhi analisis dampak lingkungan bagi proyek, sebagaimana disyaratkan undang-undang. Warga desa yang memprotes atau yang menuntut hak mereka diperlakukan sebagai penjahat dan dihadang oleh polisi dan preman sewaan. Dua orang warga desa dan seorang aktivis telah divonis 18 bulan tahanan rumah setelah sebuah pos penjagaan kecil milik perusahaan di Pantai Rinondoran dibakar. "Kami menyesalkan bahwa para pemegang saham MSM tetap mendukung proyek tambang emas PT MSM di komunitas kami. Proyek ini ditolak oleh masyarakat lokal," kata juru bicara AMMALTA (Aliansi Masyarakat Menolak Limbah Tambang).1

Proyek tersebut terletak di dekat area penyelaman Lembeh yang terkenal di dunia internasional, sejak awal telah ditentang oleh penduduk lokal, dan punya sejarah penentangan, perselisihan hukum antar departeman dan konflik prioritas antara kepentingan tingkat provinsi dan nasional.2


WestLB menarik diri; investor lain mendukung dalam keraguan

Kampanye masyarakat lokal untuk menghentikan proyek pertambangan itu memperoleh dukungan besar tahun lalu, ketika salah satu dari pendukung dana proyek dari Eropa menarik diri. Bank Jerman, WestLB, mencabut pinjaman mereka pada bulan Desember tahun lalu, setelah mendapat tekanan kuat dari pengkampanye internasional, yang dipimpin oleh Ornop German Urgewald dan Watch Indonesia. Investor yang masih bertahan adalah Investec3 (Afrika Selatan), Société Générale (Perancis), ANZ (Australia) dan RMB (Afrika Selatan).4

Menurut laporan terperinci dari Asia Times,5 tampaknya bank-bank tersebut tidak mau memberi komitmen dana untuk proyek, kecuali jika telah mendapat persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, dan Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang. Mereka berdua telah secara luas menyatakan tidak akan memberikan lampu hijau terhadap proyek, karena persoalan lingkungan dan penentangan dari masyarakat lokal . Laporan Asia Times menggambarkan bagaimana chief executive Archipelago mencoba mendongkrak kepercayaan publik dan mendapatkan tambahan dana, dengan mengatakan kepada para pemegang saham bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari proyek akan segera mendapat persetujuan begitu pembangunan telah selesai 75%. Pernyataan itu muncul terkait dengan dukungan terhadap proyek yang datang dari Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (yang telah menyetujui pembangunan lokasi tambang namun belum memberi ijin operasional tambang). Namun pemain kunci lainnya - Menteri Lingkungan Hidup dan Gubernur Sulawesi Utara - tidak memberi tanda akan mengubah pendirian mereka. Tahun lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Sosial juga menyuarakan penentangan mereka terhadap tambang tersebut. Para Ornop Jerman menyimpulkan bahwa "pernyataan terus-menerus oleh Archipelago Resources kepada media yang mengklaim bahwa produksi tambang akan segera dimulai, hanya bisa diartikan sebagai upaya mereka di tengah keputusasaan untuk menghalangi para pemegang saham dan kreditor agar jangan sampai tahu bahwa putusan final tentang Toka Tindung telah diucapkan."6


Kelanjutan Kampanye

Yang penting saat ini Gubernur Sulawesi Utara harus mempertahankan sikap yang pro-rakyat dalam menghadapi setiap tekanan dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral di Jakarta. Sementara itu, kampanye internasional harus terus mendesak para investor untuk mengikuti jejak WestLB menarik diri untuk alasan kerusakan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek, yang juga dapat merusak kemungkinan mendatangkan penghasilan dari sektor pariwisata.

Jaringan masyarakat sipil, BankTrack, menyerukan kepada para investor proyek untuk menarik pendanaan mereka, dan agar para pemegang saham langsung dari Archipelago (JPMorgan Chase, Prudential Financial dan AXA) untuk menarik saham mereka.7


Catatan
1 Siaran Pers JATAM, ICEL, WALHI, YSN, AMMALTA, 'Archipelago beroperasi tanpa AMDAL dan persetujuan warga', 4/Apr/08.
2 Untuk latar belakang lihat DTE 72 dan 70.
3 Perusahaan ini membeli Rothschild Australia, yang tadinya mengatur fasilitas pinjaman.
4 Untuk lebih jauh tentang tentang sisi keuangan lihat www.banktrack.org/?show=dodgy&id=134
5 John Helmer, 'Another miner going nowhere in Indonesia', Asia Times 4/Apr/08.
6 Urgewald + Watch Indonesia! Catatan untuk media, 'German Bank Pulls Out of Controversial Indonesian Gold Mine Scheme', 18/Jan/08.
7 Untuk informasi lebih lanjut lihat www.banktrack.org/?show=dodgy&id=134 dan www.jatam.org/.)



Daftar isi Buletin DTE     DTE Homepage     Advokasi     Link