Masyarakat adat dan perubahan iklim - kampanye untuk hak dan perwakilan terus bergulir

Down to Earth No.80-81, Juni 2009

Masyarakat adat terus menekankan agar hak-hak mereka dihargai dalam semua inisiatif perubahan iklim yang memengaruhi mereka. Mereka juga menginginkan pengakuan atas peran yang telah mereka jalani selama ini dalam penggunaan sumber-sumber bumi secara berkelanjutan dan gaya hidup yang rendah karbon atau netral karbon. Ini adalah pesan dalam pertemuan iklim Bonn, dari Tebtebba, (Indigenous Peoples' International Centre for Policy Research and Education atau Pusat Internasional untuk Riset Kebijakan dan Pendidikan Masyarakat Adat).1 "Kamilah yang telah melindungi hutan kami dari deforestasi yang meraja-lela dan mencegah dikeruknya minyak, gas dan batu bara dari wilayah kami, bahkan dengan mengorbankan jiwa dan raga kami," kata Victoria Tauli-Corpuz dalam pernyataannya yang dikeluarkan pada bulan April.

Corpuz mengingatkan bahwa jika hak-hak adat tak diakui dalam upaya untuk memasukkan hutan dalam langkah-langkah mitigasi, maka "kami melihat ancaman serius bagi ketahanan masyarakat hutan dan budaya mereka di masa mendatang."2

Kelompok-kelompok masyarakat adat dan Organisasi Masyarakat Madani (CSO) sebelumnya telah menunjukkan kegusaran mereka di Poznan ketika delegasi pemerintah dari AS, Kanada, Selandia Baru dan Australia bersikeras untuk menghilangkan semua referensi mengenai hak-hak masyarakat adat dalam teks resmi Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD), setelah ini dimasukkan ke dalam draft. Mereka menuntut agar hal itu dimasukkan kembali dalam setiap kesepakatan yang akan ditandatangani di Kopenhagen.3

Kelompok-kelompok masyarakat adat telah melakukan konsultasi di seluruh dunia untuk berbagi informasi mengenai dampak perubahan iklim dan hasil riset langkah-langkah mitigasi dan adaptasi masyarakat adat, serta untuk menyepakati strategi guna memastikan bahwa hak-hak mereka dilindungi dalam kesepakatan internasional.

Konsultasi global masyarakat adat mengenai REDD pada bulan November di Baguio City, Filipina,4 telah diikuti oleh pertemuan-pertemuan regional mengenai perubahan iklim, termasuk pertemuan regional Asia di Bali, dengan tuan rumah AMAN, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, pada bulan Februari.5 Pada bulan Maret, konferensi internasional di Manila mengenai industri ekstraktif dan masyarakat adat membahas dampak yang tidak proporsional dari industri ini terhadap masyarakat adat.6

Pada bulan April, Anchorage di Alaska merupakan tempat diadakannya Pertemuan Tingkat Tinggi Masyarakat Adat tentang Perubahan iklim. Deklarasi Anchorage yang dikeluarkan para peserta menegaskan kembali perlunya menghormati hak-hak masyarakat adat dan mengatakan bahwa kesepakatan UNFCCC harus mencerminkan semangat Deklarasi PBB mengenai Hak-hak Masyarakat Adat (UNDRIP).

Deklarasi itu mengimbau target pengurangan emisi bagi negara maju sebesar paling sedikit 45% di bawah tingkat emisi tahun 1990 hingga tahun 2020 dan paling sedikit 95% hingga tahun 2050. Di antara hal-hal lainnya adalah imbauan kepada badan pembuat keputusan UNFCCC untuk mengakui dan melibatkan Forum Internasional Masyarakat Adat mengenai Perubahan Iklim dan tempat-tempat fokus regionalnya dalam perannya sebagai penasihat, dan untuk segera menetapkan bagianpemfokusan masyarakat adat dalam mekanisme pendanaan UNFCCC.

Pertemuan tingkat tinggi itu juga mengimbau negara-negara untuk meninggalkan solusi palsu bagi perubahan iklim seperti energi nuklir, bendungan skala besar, teknik geo-engineering, 'batu bara bersih', bahan bakar agro, perkebunan dan mekanisme berbasis pasar seperti perdagangan karbon, CDM dan pengimbangan (ofset) hutan.

Deklarasi ini diakhiri dengan tawaran untuk "berbagi dengan sesama manusia Pengetahuan Tradisional, inovasi dan praktik-praktik kami yang relevan terhadap perubahan iklim, asalkan hak-hak fundamental kami sebagai penjaga antargenerasi pengetahuan ini diakui secara penuh dan dihormati."7


Catatan:
1 www.tebtebba.org. A useful Guide on Masyarakat adat and Climate Change dapat diunduh dari situs webTebtebba di www.tebtebba.org/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=18&Itemid=27
2 Pernyataan Tebtebba pada Contact Group AWG-LCA mengenai mitigasi
3 Lihat FERN-Forest Peoples Programme Special Report on Poznan.
4 Lihat Rangkuman Laporan Konsultasi Masyarakat Adat mengenai REDD di www.tebtebba.org/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=62&Itemid=27
5 Lihat Pertemuan Tingkat Tinggi Asia mengenai Perubahan iklim dan Masyarakat Adat di www.tebtebba.org/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=75&Itemid=27
6 www.tebtebba.org/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=57
7 Deklarasi Anchorage, 24/Apr/09, www.tebtebba.org/index.php?option=com_content&view=article&id=51:the-anchorage-declaration&catid=73:international-conference-on-extractive-industries-